Halaman

Kamis, 21 Maret 2013

Werkudara (5)

Antasena tawur kemenangan Pandawa
Anak ketiga dari Werkudara adalah Raden Antasena. Begitupun dengan Antareja, Antasena adalah kreasi pedalangan Jawa yang tidak ditemukan di kisah Mahabarata di India.

Sosok Antasena ini digambarkan sebagai seorang yang memiliki kesaktian luar biasa. Dibanding dengan kakak-kakaknya yaitu Antareja dan Gatotkaca, Antasena lebih unggul kedigdayaannya. Dia bisa terbang seperti halnya Gatotkaca, mampu ambles ke bumi seperti Antareja dan juga dapat hidup di kedalaman air.

Ibu Antasena adalah Dewi Urangayu, putri Resi Mintuna, dewa ikan yang berkedudukan di Kisiknarmada. Pertemuan Werkudara dengan Dewi Urangayu terjadi ketika Resi Druna menguji siswa-siswanya yaitu para Pandawa dan Kurawa di perguruan Sokalima. Pada saat itu Werkudara diadu melawan Duryudana dengan menggunakan gada dengan pemenangnya adalah Werkudara. Duryudana sakit hati dan kemudian menyuruh Dursasana untuk melenyapkan Werkudara.

Seperti biasa akal licik dan jebakan selalu digunakan dalam usaha mengenyahkan Pandawa. Dursasana kemudian mengadakan pesta dalam rangka memeriahkan pendadaran siswa Sokalima tadi. Dalam pesta itu Werkudara dibujuk untuk minum tuak yang sangat keras. Dengan bujukan bujukan manis tanda persahabatan dan persaudaraan, Werkudara akhirnya minum terlalu banyak sehingga menjadi mabuk dan jatuh pingsan. Dalam keadaan pingsan itulah tubuh Bima diikat dengan kuat kemudian diceburkan ke dalam sungai Jamuna.

Memang Bima belum ditakdirkan untuk mati, tubuh Bima hanyut hingga ke Kisiknarmada, pertemuan sungai Jamuna dan sungai Gangga. Dia kemudian ditolong oleh Resi Mintuna dan disembuhkan dengan air Rasakunda. Ternyata justru Werkudara menemukan keberuntungan, dia dijodohkan dengan putrinya Mintuna yaitu Dewi Urangayu.

Dewi Urangayu masih tinggal di Kisik Narmada bersama ayahnya setelah Werkudara pergi untuk menemui saudara saudaranya kembali. Saat Antasena lahir tetap tinggal bersama ibu dan kakeknya.

Suatu saat kahyangan Suralaya gonjang ganjing. Mereka sedang digempur oleh pasukan dari Girikadasar di bawah pimpinan raja Kalalodra. Antasena yang dijadikan sebagai jagoan kahyangan kemudian dapat menewaskan raja raksasa berwajah ikan itu, sehingga atas keberhasilan cucunya itu maka Resi Mintuna diangkat menjadi dewa yang menguasai ikan dengan gelar Batara Baruna.

Suatu saat Resi Bisma menyelenggarakan perlombaan membuat sungai menuju bengawan Gangga yang melibatkan Kurawa dan Pandawa. Werkudara dibantu pasukan dari Kisik Narmada yang dipimpin oleh anaknya, Antasena, berhasil membuat sungai yang kemudian oleh Bisma diberi nama Sungai Serayu. Kurawa hanya mampu membuat sungai yang tembus ke kali Serayu, maka sungai itu dinamakan Kelawing atau terbalik (dalam pedalangan disebut sebagai Kali Cingcinggoling).

Dan beberapa kisah lain melibatkan Antasena untuk membantu orang tuanya Pandawa dari fitnah dan rencana yang dilakukan Kurawa untuk mengenyahkan para Pandawa.

<<< ooo >>>

Sosok Antasena bisa dikesankan sebagai orang yang menjalani hidup apa adanya, semua yang dilakukan seolah “nothing to lose”. Kesehariannya terbebas dari sifat unggah-ungguh kehidupan kerajaan. Wataknya polos dan lugu, berani, juga teguh dalam pendirian. Dalam berbicara kepada siapa pun, ia selalu menggunakan bahasa ngoko sehingga seolah-olah tidak mengenal tata krama. Namun hal ini justru menunjukkan kejujurannya. Bukaaaan basaaa basiiii !!!

Akhir hidup Antasena adalah sebuah pengorbanan ! Sebuah pengorbanan untuk para orang tuanya, demi untuk kemenangan dan kejayaan para Pandawa. Seperti halnya Wisanggeni, anak Arjuna, Antasenapun menjelang perang Baratayuda berlangsung, menghadap Sang Hyang Wenang untuk minta petunjuk. Oleh Sang Hyang Wenang disarankan agar Antasena berani mengorbankan dirinya untuk kemenangan para orang tuanya, karena bila dirinya ikut bergabung justru para Pandawa akan mengalami kekalahan.

Dengan ikhlas kemudian dirinya menyetujui sebagai tawur, sehingga kemudian Sang Hyang Wenang memandangi tubuh Antasena, yang semakin lama semakin kecil lalu menghilang muksa ke alam nirwana.

Sumber: Werkudara (5) _ wayangprabu.com.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar