Antasena tawur kemenangan Pandawa
Anak ketiga dari Werkudara adalah
Raden Antasena. Begitupun dengan Antareja, Antasena adalah kreasi pedalangan
Jawa yang tidak ditemukan di kisah Mahabarata di India.
Sosok Antasena ini digambarkan
sebagai seorang yang memiliki kesaktian luar biasa. Dibanding dengan
kakak-kakaknya yaitu Antareja dan Gatotkaca, Antasena lebih unggul
kedigdayaannya. Dia bisa terbang seperti halnya Gatotkaca, mampu ambles ke bumi
seperti Antareja dan juga dapat hidup di kedalaman air.
Ibu Antasena adalah Dewi Urangayu,
putri Resi Mintuna, dewa ikan yang berkedudukan di Kisiknarmada. Pertemuan
Werkudara dengan Dewi Urangayu terjadi ketika Resi Druna menguji siswa-siswanya
yaitu para Pandawa dan Kurawa di perguruan Sokalima. Pada saat itu Werkudara
diadu melawan Duryudana dengan menggunakan gada dengan pemenangnya adalah
Werkudara. Duryudana sakit hati dan kemudian menyuruh Dursasana untuk
melenyapkan Werkudara.
Seperti biasa akal licik dan jebakan
selalu digunakan dalam usaha mengenyahkan Pandawa. Dursasana kemudian
mengadakan pesta dalam rangka memeriahkan pendadaran siswa Sokalima tadi. Dalam
pesta itu Werkudara dibujuk untuk minum tuak yang sangat keras. Dengan bujukan
bujukan manis tanda persahabatan dan persaudaraan, Werkudara akhirnya minum
terlalu banyak sehingga menjadi mabuk dan jatuh pingsan. Dalam keadaan pingsan
itulah tubuh Bima diikat dengan kuat kemudian diceburkan ke dalam sungai
Jamuna.
Memang Bima belum ditakdirkan untuk
mati, tubuh Bima hanyut hingga ke Kisiknarmada, pertemuan sungai Jamuna dan
sungai Gangga. Dia kemudian ditolong oleh Resi Mintuna dan disembuhkan dengan
air Rasakunda. Ternyata justru Werkudara menemukan keberuntungan, dia
dijodohkan dengan putrinya Mintuna yaitu Dewi Urangayu.
Dewi Urangayu masih tinggal di Kisik
Narmada bersama ayahnya setelah Werkudara pergi untuk menemui saudara
saudaranya kembali. Saat Antasena lahir tetap tinggal bersama ibu dan kakeknya.
Suatu saat kahyangan Suralaya
gonjang ganjing. Mereka sedang digempur oleh pasukan dari Girikadasar di bawah
pimpinan raja Kalalodra. Antasena yang dijadikan sebagai jagoan kahyangan
kemudian dapat menewaskan raja raksasa berwajah ikan itu, sehingga atas
keberhasilan cucunya itu maka Resi Mintuna diangkat menjadi dewa yang menguasai
ikan dengan gelar Batara Baruna.
Suatu saat Resi Bisma menyelenggarakan
perlombaan membuat sungai menuju bengawan Gangga yang melibatkan Kurawa dan
Pandawa. Werkudara dibantu pasukan dari Kisik Narmada yang dipimpin oleh
anaknya, Antasena, berhasil membuat sungai yang kemudian oleh Bisma diberi nama
Sungai Serayu. Kurawa hanya mampu membuat sungai yang tembus ke kali Serayu,
maka sungai itu dinamakan Kelawing atau terbalik (dalam pedalangan disebut
sebagai Kali Cingcinggoling).
Dan beberapa kisah lain melibatkan
Antasena untuk membantu orang tuanya Pandawa dari fitnah dan rencana yang
dilakukan Kurawa untuk mengenyahkan para Pandawa.
<<< ooo >>>
Sosok Antasena bisa dikesankan
sebagai orang yang menjalani hidup apa adanya, semua yang dilakukan seolah
“nothing to lose”. Kesehariannya terbebas dari sifat unggah-ungguh kehidupan
kerajaan. Wataknya polos dan lugu, berani, juga teguh dalam pendirian. Dalam
berbicara kepada siapa pun, ia selalu menggunakan bahasa ngoko sehingga
seolah-olah tidak mengenal tata krama. Namun hal ini justru menunjukkan
kejujurannya. Bukaaaan basaaa basiiii !!!
Akhir hidup Antasena adalah sebuah
pengorbanan ! Sebuah pengorbanan untuk para orang tuanya, demi untuk kemenangan
dan kejayaan para Pandawa. Seperti halnya Wisanggeni, anak Arjuna, Antasenapun
menjelang perang Baratayuda berlangsung, menghadap Sang Hyang Wenang untuk
minta petunjuk. Oleh Sang Hyang Wenang disarankan agar Antasena berani
mengorbankan dirinya untuk kemenangan para orang tuanya, karena bila dirinya
ikut bergabung justru para Pandawa akan mengalami kekalahan.
Dengan ikhlas kemudian dirinya
menyetujui sebagai tawur, sehingga kemudian Sang Hyang Wenang memandangi tubuh
Antasena, yang semakin lama semakin kecil lalu menghilang muksa ke alam
nirwana.
Sumber: Werkudara (5) _
wayangprabu.com.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar